Tuesday, November 16, 2010

Ipin itu Aslinya Nakal

Masih zaman ga sih serial bodoh asal Malaysia berjudul UPIN DAN IPIN?
Oke gue akan fokus menceritakan sisi terdalam Ipin saja. Apakah itu? apa dia telah mencuri rambutan di depan rumah gue? Apa dia mecahin kaca rumah gue atu bahkan lebih parahnya merenggut keperawanan gue? -_- Oh yang terakhir itu sangat tidak mungkin gue lakukan dengan bocah ingusan seperti ini hahaha.
Percayakah kalo gue bilang si Ipin itu penipu? mungkin kalo di TV boleh lah kelihatan polos, lucu dan apa adanya. Tapiiiiii, dia tentu punya sisi negatif. Maka inilah yang akan gue kupas sedalam-dalamnya betapa bejadnya kelakuan si Ipin ini.
Di suatu malam yang dingin, beberapa tahun yang lalu. Seseorang yang bernama Ipin (Aslinya Arifin, hanya saja dia sok imut) datang ke rumah. Menurut kabar angin yang gue dengar waktu itu dia akan membicarakan perihal bisnis dengan bokap gue. Ada kali yah dalam seminggu itu dia dateng 2 atau 3 kali mah. Menurut gue, kalau dilihat dari kacamata seorang anak SMP dulu sih gaya bicaranya amat meyakinkan. Ibarat kata dia itu pandai merangkai kata penuh rayuan gombal yang asli sangat tak terlihat ada gelagat aneh barang sepatah katapun.
Di minggu berikutnya si Ipin itu ga lupa bawa objek bisnis mereka berupa setumpuk buku pelajaran SMP dan SMA. Selanjutnya tuh buku akan disalurkan ke beberapa sekolah yang berada dibawah naungan yayasan milik Ua gue. Sebagai jaminan bahwa seakan bisnis itu "beneran" si Ipin juga ga lupa tuh bawa motor Smash yang dulu memang lagi digandrungi oleh masyarakat saat itu. Jadilah saat itu bokap gue punya 2 motor di rumah.
In the matter of fact, my father is not type of guy who easily trust people on the first meeting or even if somebody makes first impression. Tapi, emang dasar harus terjadi kasus ini. Dengan mudahnya bokap gue menyerahkan uang yang sedikit agak banyak (nominal tak disebutkan demi kepentingan pribadi). Mungkin uangnya cukup lah buat beli laptop 2 biji mah.
Daaaaaaaan, kelicikan Ipin-pun tercium. Suatu hari datanglah sekelompok orang berwajah seram lengkap dengan gaya preman dan rambut gondrong ke kediaman gue di kawasan Beverly Hills(Pamoyanan). Sumber (nyokap gue) menyebutkan bahwa orang-orang tersebut merupakan debt collector yang menagih uang pelunasan motor yang dijadikan jaminan. Ternyata itu motor sengaja ditaro di rumah gue supaya dia ga usah bayar tagihan dan malah dapat duit hasil ngebacot di depan bokap gue. Sungguh si Ipin itu bejad mamen. Dan memang, sejak debt collector itu datang menyambangi rumah gue si Ipin tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Dihubungi juga ga bisa, bahkan sampai kabur dari rumahnya.
Waktu si debt collector itu sering datang gue selalu ga ada di rumah karena kewajiban menuntut ilmu. Hanya nyokap-lah saksi dari sangarnya si penagih utang tersebut. Pernah suatu kali terjadi perdebatan yang berujung pertumpahan air mata diantara mereka.
"Bu, saya minta motornya segera dilunasi. Kalau ga saya laporkan ke polisi!" katanya dengan nada mengancam.
"Ya, bapak dateng aja ke orang yang belinya. Atau ga ntar bapak datengnya pas suami saya ada di rumah aja, hari sabtu," ujar nyokap santai.
 Beberapa hari kemudian mereka datang lagi, tapi ga sesuai perjanjian. Mereka malah datang di hari kerja yang jelaslah waktu bokap gue ga ada dan tentu harus nyokap lagi-lah yang bersilat lidah dengan si lelaki-lelaki sok keker itu.
"MANA JANJINYA BU? DASAR IBU PENIPU!" 
"SIAPA DISINI YANG PENIPU? BAPAK JANGAN SEENAKNYA NUDUH SAYA PENIPU YA! SAYA JUGA KETIPU !" nyokap nangis saking keselnya, lagian karena ngerasa malu jadi pusat perhatian tetangga-tetangga yang isi kepalanya penuh dengan 5W+1H.
Karena merasa tertipu, bokap memutuskan untuk menghubungi pak Tri, sohibnya yang polisi untuk selanjutnya memperkarakan kasus ini. Dan atas saran pak Tri ini jugalah tuh motor akhirnya dibawa ke kantor polisi supaya ga ada debt collector yang datang-datang lagi ke rumah.
Karena ketidakpuasan tingkat tinggi, debt collector bermental baja dengan PDnya datang lagi ke rumah gue.
"Sini deh bu, daripada repot mending motornya saya bawa aja."
"Ambil aja sendiri ke Polsek Bogor,"nyokap tersenyum puas.
"Yah, si ibu gimana sih? panjang kan urusannya kalo sampai ke polisi segala. Aaaah,"akhirnya rombongan debt collector-pun bergegas meninggalkan rumah gue dengan perasaan kecewa yang amat dalam dan mungkin membekas.
***
Karena merasa belum ada pencerahan, akhirnya bokap memutuskan untuk menanyakan keberadaan si Ipin kepada seorang teman yang punya mata bathin. Kabarnya, menurut hasil penerawangan beliau si Ipin sedang bersembunyi di daerah yang banyak pohon kelapanya (kalau ga salah). Disitu aja gue langsung berpikir bahwa "apakah dia sedang spend a long vacation di pulau pribadi dengan menipu dan menggandakan uangnya jadi 9 milyar?". Wow, tau gitu gue ikut mas.
Singkat cerita setelah beberapa bulan pelacakan oleh tim polisi si Ipin ketemu juga. Mungkin karena duit 9 Milyarnya abis buat foya-foya sama cewek nakal yang rawwwr di pulau pribadi, jadi dia memutuskan untuk kembali pulang.
Ada 2 metode penangkapan gembong penipuan ini, yang pertama dilakukan oleh polisi yang gue ga tau lah namanya siapa, sebut saja Vijay. Suatu malam dia datang sebagai seorang polisi tulen dan dengan ramahnya mengetuk pintu rumah orang tuanya Ipin.
"Selamat malam, saya dari kepolisian. Maaf, apakah anda saudara Arifin?"
"Oh, maaf pak bukan. Arifin sedang di luar pak. Coba silakan cari di rumah itu,"sambil nunjuk ngasal karena takut ketauan jati dirinya.
Ah, kurang skill yeuh si bapak Vijay mah. Nih yang bener itu kaya gini nih, ikutin atuh cara canggihnya pa Tri (mungkin dengan keberaniannya, secara pribadi gue ingin memberinya tanda jasa berupa merchandise). Jadi, berkaca dari cara kunonya pak Vijay, pak Tri melakukan terobosan baru.
"PIN, HEI. AYA DI IMAH TEU?" si bapak lantas berteriak seakan akrab dengan si Ipin.
"AYA EUY, NAON YEUH?"Tanpa takut dia menjawabnya dengan lantang karena pikirnya mungkin ini orang tetangganya.
"HEUEUH, KALUAR HEULA GERA. IEU  TEA GENING AYA JANGJI PAN SIA KAMARI KA AING!"
Jengjeng, tertangkaplah dia. Tanpa pikir panjang si Ipin langsung digiring ke kantor polisi oleh pihak berwajib. Pas diinterogasi (diborgol di meja dengan ruangan gelap dan satu sorotan lampu), sialnya dia ga ngaku (mana ada penipu yang ngaku? penjara penuh dong?). Karena kesel dan merasakan kesetiakawanan pada sang sahabat (bokap gue) polisi-polisi itupun ga tanggung-tanggung meninju si Ipin sampai babak belur.
Alkisah, setelah insiden peninjuan si Ipin ini, malemnya pak Vijay yang terlalu semangat mukulin si Ipin memimpikan sosok si Ipin telah tiada. Kontan si pak Vijay panik dan langsung meluncur ke kantor polisi untuk memastikan bahwa hal ini tak terjadi karena dia belum minta maaf. Untungnya sih, si Ipin punya nyawa lebih.
Tak tahulah dengan kelanjutan kasus ini. Yang jelas karena hubungan kekerabatan, keluarga gue memutuskan untuk mencabut tuntutannya dan menggantinya dengan perjanjian kekeluargaan yang isinya "semua uang yang telah dibawa kabur menjadi hutang dan harus dibayarkan".
Makanya, hati-hati. Jangan mudah percaya sama orang lain, bahkan sodara sekalipun, sekarang kan modus kejahatan itu banyak dan ga ada batasan target mengenai korbannya. Kata bang Napi juga KEJAHATAN TERJADI BUKAN KARENA ADA NIAT DARI PELAKUNYA, TAPI JUGA KARENA ADA KESEMPATAN. BE CAREFUL !

2 comments: