Sunday, October 24, 2010

I'd Lie for Logan Lerman :)

Tahu siapa dia?
Ganteng banget ya? Mungkin bagi anda yang mengenal saya cukup dekat mengenalnya juga sebagai suami khayalan saya. Logan Lerman gantengnya ampun-ampunan, Ya Allah terima kasih Engkau telah menciptakan wajah super gantengnya, tapi sesungguhnya dia terlalu menggoda untuk sekedar dipandangi. Menciumnya pasti akan sangat menyenangkan.
Logan dikenal (sama gue tepatnya) lewat film Percy Jackson & The Olympian: The Lightning Thief. Dengan tampang ganteng yang memadai tentu saja dia pasti jadi pemeran utama (andai saya jadi lawan mainnya disini).
Cerita berawal di suatu siang yang cukup menyenangkan di kelas 12 IPA A SMA Plus YPHB, 4 orang remaja yang berada dalam fase stress menghadapi Ujian Nasional ngaso sejenak di tengah keriuhan kelas. Adalah Sarah Sekar Arum, Renita Devi, Fachrijal Agausti dan Mediana Agita Pratiwi, mereka berempat asyik membuka lembar per lembar majalah film, sebut saja Cinemagz (sebenernya memang ini merknya). Sampailah kita pada sebuah obrolan hangat tentang film Percy Jackson yang memang sedang kami baca rsensinya di majalah tersebut. Obrolan kita tak berujung bagai para komentator film yang memuji dan mengkritik film tersebut hingga akhirnya ditemukanlah titik terang untuk menonton film tersebut.
Hari Jumat tiba, hari dimana kita telah berencana untuk menonton film tersebut. Dengan bermodalkan 30 ribu rupiah gue PD dateng ke sekolah karena janji bakal ditambahin sama Ijal. Kelar urusan sekolah, Gue baru tau bahwa pak Zee guru komputer paling gaul seantero Bogor bakal ikut. Ya awalnya sih biasa aja, malah gue agak degdegan juga pas naik angkot. Takut duitnya ga cukup.
Parahnya lagi, gue bolos les demi nonton Percy Jackson. Tadinya gue bikin strategi nih dari rumah. Begini nih strateginya: Bilang sama Marina dkk nitip absen sakit di absen les-----bagaimana dengan nyokap? tenang, gue bilang aja lagi ke rumah temen kerja kelompok biar bokap ga jemput------Terus kalo tempat les telfon ke rumah? yang ini nih yang jadi masalah. Hahaha
Akhirnya nyampe nih ceritanya di Botani Square, langsung deh dengan berat hati ngasih duit yang amat terbatas itu sama Medi yang tugas jadi pembeli tiket. Lanjut ke toilet dan disitu udah ketar ketir sendiri *uang habis, boong sama papa mama, mana mau ujian whooooa*
Dengan perasaan galau dan langkah gontai, kami bertiga berjalan ke arah D'Oryza untuk menemui pa Zee, di atas meja udah ada duit 50 ribuan (jumlahnya pas banget kalo kita berempat dikasih seorang selembar). Deg, disitu ngiler juga liat duit banyak, masalahnya karena tadi kan duit udah ludes bayar tiket nonton.
"Ini buat kalian nonton" kata pa Zee santai.
"Ha?" kami bertatapan, terharu, kaget, senang dan bahkan berharap dapet lebih (oke yang terakhir itu keinginan terselubung salah satu dari kami)
Kami terdiam, terpaku. Akhirnya si bapa inisiatif ngebagiin duit ini sambil berujar "udah, ini buat kalian, susah amat sih" Waw, kata2nya bagai angin dari syurga yang mengantar pesan damai dan menentramkan jiwa termasuk menentramkan isi dompet gue.
"ASYIIIIIIK, GA NYESEL GUE IKUT" (jeritan hati)
***
Oke, semua rencana gue bejalan lancar. Sampai pada saat dimana bokap gue nelfon disaat yang ga tepat. Bayangkan, nelfon waktu gue lagi di studio. Ga tau apa anaknya lagi boong? akhirnya telfonnya gue abaikan saja. Terus pas dirasa tepat gue sms bokap gue bilang kalo gue lagi di toilet tadi. Bokap gue bales kalo gue harus pulang ke rumah nenek gue. Oke, no problemooooo.
Kelar nonton, Medi pulang duluan karena ada les. Dan di luar hujan sangat deras. Akhirnya kita berempat memutuskan untuk FOTOBOX ! Hahahaha kebayang kan gimana kocaknya? muka lusuh abis bohong gue akhirnya tercetak diatas kertas glossy.
Merasa ada yang kurang akhirnya kita datengin deh tempat karaokean. Ya walaupun tuh tempat karaokean ga secanggih Inul Vizta, tapi kan dibayarin jadi ya mau aja deh. Tepat jam setengah 7, waktu dimana gue menyerah akan semua kebohongan ini. Gue memutuskan untuk pulang setelah menyelesaikan tugas utama menghibur para hadirin dengan lagu Take A Bow.
Gue pulang di tengah rintik hujan dan masih menggenggam sisa uang di tangan. Woohoo.... sesampainya tujuan, gue berpura2 seakan tak ada kejadian fantastis apapun hari ini.
Well, aku udah berkorban waktu dan uang untuk kamu. Bahkan harga diri, tenaga dan strategi jitu untuk berbohong demi kamu Logan. Jadi, sudikah kau untuk menikahiku? 

Pengusaha Termuda Asal Bogor

Salah satu sepupu gue yang bernama Baharudin Yusuf--sebut aja Ucup-- (namanya terinspirasi dari nama BJ Habiebie) lahir tahun 2001. Kami sekeluarga berusaha dengan keras untuk memberikan nama terbaik untuknya. Mulai dari nama awalnya yang gue ga inget lagi apa. Dia lahir dalam keadaan yang istimewa, bahkan sampe direbutin tante dan om gue yang ga punya anak cowok.
Tahun 2010 ini, usianya genap 9 tahun, sekarang dia duduk di bangku kelas 4 SDN Batutulis 3. Kelakuan anak yang satu ini bisa dibilang ajaib. Ga kalah lah sama status Joshua si anak ajaib. Dulu dia itu susah banget kalo disuruh pake sendal, mati2an deh kita sekeluarga nyuruh dia pake sendal -_-. Terus sempet juga keukeuh ga mau pake celana dalem (well, walaupun ga keliatan dan ga penting juga nanya dia pake CD apa engga tapi tetep aja ganggu).
Semenjak lahir dia udah diasuh sama nenek dan kakek gue karena ibunya kurang sehat. Dulu dia nempeeeeeel banget sama nenek gue, kalo mau minum susu harus selalu berada di sisi nenek gue. Tapi nenek gue ternyata hanya ditakdirkan menemani kami semua hingga 10 Januari 2007 hari terakhirnya di dunia ini. Jadi si Ucup sekarang diurus sepenuhnya oleh kakek gue.
Emang ga ada bapaknya? ya ada lah, jadi darimana tuh anak kalo ga ada sumbangan sperma dari bapaknya? haha, hanya saja chemistry dia dengan kakek gue sudah terbangun sejak masih bayi, makanya sekarang dikenal sebagai "cucu kesayangan" H.Enjen Zaenudin mantan pengusaha sendal dan pedagang warung kelontong yang sudah bangkrut dengan alasan yang kuran jelas.
Straight to the point deh, kenapa dia gue anugerahkan gelar pengusaha muda? atau lebih tepatnya mendekati penngusaha muda? begini....
Akhir-akhir ini, mungkin 1,5 atau 1 tahun belakangan ini dia punya hobi baru yaitu melihara ayam. Tiap hari dia menyisihkan uang jajannya buat beli ayam di tetangga sebelah rumahnya. Awalnya beli ayam warna-warni seharga seribu perak yang dijajakan pedagang di halaman sekolah. Kan waktu itu lagi booming banget ya. Mungkin dia sangat jatuh cinta dengan hewan vertebrata tersebut. Engga mungkin ga jatuh cinta kan kalau sampe dibawa jalan2 sore?
Ayamnya dirawatnya dengan sepenuh hati, ia berkeliling tiap sore untuk mencari ayamnya yang ia lepas untuk digiring pulang, ia juga yang rutin memberi ayam2nya makanan dan minum.
Tapi perjalanan hidup memang seperti roda yang berputar, kadang diatas kadang juga di bawah. Begitulah hidup seorang anak lelaki bertampang aneh beserta ayam2nya. Pernah suatu hari dia mendapati ayam2nya ludes oleh tangan2 jahil si maling ayam. Tapi ia tak menyerah, rupiah demi rupiah ia kumpulkan lagi demi hobbynya tersebut. Saat ini, ayam betinanya sedang bertelur, tampaknya ia sangat senang mendengar berita ini hahaha. Mungkin ini belum bisa disebut pengusaha muda secara resmi. Tapi bagi saya ia adalah contoh baik bagi generasi muda. Tetaplah berusaha dan jangan menyerah.