As we know angkot adalah kendaraan wajib di kota satelitnya Jakarta, Bogor. Orang-orang Bogor ga akan bisa kemana-mana dan menatap dunia lebih jauh tanpa kendaraan yang umumnya berwarna hijau dan biru ini. That's why Bogor dianugerahi gelar sebagai kota sejuta angkot. Angkot senantiasa akan menemani langkah anda kemanapun anda pergi. Yang lahir dan dibesarkan di kota hujan atau setidaknya pernah mencicipi kehidupan di sini pasti pernah punya pengalaman sama kendaraan beroda empat yang umumnya berplat nomor 4 digit angka mirip kombinasi angka tahunan, misalnya F 1946 dan lain-lainnya.Gue juga dong, banyak banget malah, dari mulai pengalaman manis ketemu orang ganteng di dalem angkot (senangnya tinggal seatap dengan lelaki titisan dewa) sampe kejadian sepet yang memalukan maupun mendongkolkan.
Inilah segelintir pengalaman gue waktu naik angkot....
#1 Waktu itu gue masih muda belia, berusia kira-kira baru banget menyandang gelar sweet seventeen dan sedang ranum-ranumnya. Seusai sekolah seperti biasa gue balik sama Ica dan Sarah karena sejurusan. Sepanjang perjalanan di angkot yang cukup panjang tak jarang kami manfaatkan untuk mengobrol tentang segala macam, gossip anak-anak sekolah, ngomentarin orang aneh di jalanan, gossipin artis-artis sampe kadang-kadang ngomongin pelajaran biar berasa intelek. Cuma ga nyangka aja kalo gara-gara hobi ngomong gue yang ga terfiltrasi dengan benar ternyata bisa bikin suatu masalah kecil. Di angkot 04a seperti biasa gue memulai obrolan sama Sarah--minus Ica yang berpisah angkot--sesaat setelah duduk, disaat yang bersamaan datanglah seorang cewek dengan rok abu-abu SMA berjaket dan duduk di sebelah Sarah dan berhadapan sama gue. Obrolan dimulai dengan bahasan pelajaran sekolah meskipun sebenernya kita beda jurusan sama sekali, Sarah gue jurusan IPA sedangkan Sarah satunya lagi jurusan IPS. Kira-kira gini:
SarahIPA: Gue pikir swasta sama negeri ga ada bedanya asalkan swastanya bagus, iya ga?
SarahIPS: Iya juga sih.
SarahIPA: Gue aja tau dari temen-temen SMA 4 katanya disana kalo mau masuk IPA gampang ga kaya di YPHB susah, berarti bagusan kita ya daripada SMA 4. Syukur lah gue masuk YPHB hahahaha. (sumpah ya buat anak-anak SMA 4 yang baca ini, gue sangat tidak bermaksud menyepelekan anda-anda semua, ini semua hanya opini yang tidak saya tempatkan pada tempat yang benar).
Singkat cerita si Sarah-pun turun dari angkot karena sudah sampai tujuan. Daaaan, tanpa diminta si cewek berjaket itu pelan-pelan melucuti jaket yang membalut tubuhnya seraya dengan sengaja menunjukkan bet sekolah di sebelah kanan lengan bajunya yang bertuliskan "SMAN 4 KOTA BOGOR". What the...? Udah deh, dari situ gue udah ngerasa pengen cepet-cepet terdepak secara normal dari angkot karena ngebayangin tuh cewek nelfon temen-temennya yang sangar pake handphone barunya (dia baru beli handphone Esia baru soalnya) terus ngikutin gue sepanjang jalan kaya mafia sampe akhirnya dilabrak di pojokan sempit. Makanya sekarang gue ga pernah mau sembarangan ngomongin orang di angkot.
#2 As I told you before, gue kadang-kadang kalau lagi beruntung suka ketemu sama cowok-cowok ganteng di angkot, ga sampe kenalan sih. Ya, paling kalau ketemu juga biasanya suka malu-malu ga berani natap takut disangka melet. Seru kali ya kalo diajak kenalan, tapi apa jadinya kalo diajak kenalannya justru sama kakek-kakek cebol? (amit-amit). Thats actually happened to me last year. Well, ceritanya waktu itu gue pulang sekolah sore-sore, capenya naudzubillah. Hampir maghrib, stress mikirin UN yang tinggal menghitung hari sampe berbagai faktor pendukung lainnya.Waktu itu kebetulan penumpangnya penuh banget soalnya kan jam pulang kerja. Dan BTnya waktu itu penumpangnya cowok semua, cuma karena keletihan gue memaksakan masuk soalnya kalo engga pasti pulangnya bisa lebih malem karena kebetulan jalan lagi dibuka tutup gara-gara perbaikan.Waktu itu gue dengan keadaan berpeluh dan muka berminyak khas anak baru kelar sekolah full day kebagian duduk di paling pinggir deket pintu, sambil ngangin. Eh rusaklah angin gue yang tadinya adem jadi anyep gara-gara kedatangan new comer di angkot, seorang bapak-bapak cebol yang sudah berumur yang singkatnya boleh dibilang kakek-kakek cebol. Dari awal aja hawanya bikin ga enak, ternyata bener. Abis dia ngeliatin penampilan gue dari atas sampe bawah dia nyodorin tangan ke gue, MINTA KENALAN! Dan terjadilah tarik ulur antara dia dengan gue, gue tegaskan lagi bahwa saya adalah gadis yang masih perawan (meski gue ga tau tepatnya kalo otak gue masih perawan atau engga) dan NORMAL-SENORMAL-NORMALNYA yang di luar konteks kesopanan ogah diminta kenalan sama kakek-kakek bau tanah itu.
Gue pun memutuskan untuk tetap tutup mulut selama adegan penyodoran tangan tersebut (andai sebenenya dia itu Logan Lerman yang dikutuk kaya di cerita dongeng Beauty and The Beast yang memutuskan untuk mencari si Beauty dengan cara modern, yaitu terjun langsung ke jalanan, tapi tampaknya itu tak terjadi). Dengan PDnya tuh si aki-aki cebol bilang, "ga apa-apa atuh neng, da saya mah ga akan ada urusan lagi sama eneng." *jeritan hati: Edaaaaaaaaan, lo pikir gue ga punya harga diri? Geus aki-aki oge masih we neangan awewe potensial -_-*. Dengan tampang sok innocent, gue cuma senyum-senyum ragu sambil menyiratkan ekspresi muka yang kalo diterjemahin artinya "ga banget deh lo" sambil istighfar karena takut dipelet.
Fiuuuh, akhirnya dia-pun turun angkot, lega banget rasanya. Dan para eye-witness disekitar gue-pun cuma bisa bilang, "diemin aja neng orang kaya gitu mah. Amit-amit ya." Setidaknya dia tidak mengikuti gue naik angkot sampe ke rumah, semoga gue ga pernah ketemu nih orang lagi.
#3 Kalo yang barusan diajak kenalan ama aki-aki bau tanah yang sok trendy, lain halnya sama pengalaman gue yang satu ini. Alkisah di suatu Jumat, matahari berseri-seri di tengah langit secerah wajahku yang pulang cepat hari itu. Needless to say, duduklah gue di sebuah angkot yang lumayan kosong sampai akhirnya terisi penuh sama kumpulan cowok-cowok SMA alay, dengan dress code serupa yaitu celana model STM, muka dekil, bawa sapu tangan handuk, tas selempang harga 20ribuan khas BTM plus gayanya yang sok asik :p salah satu dari orang itu ngeliatin gue sambil tanpa basa-basi nanya, "sekolah dimana?" (kayanya dia ga pernah main ke kota deh, sampe akhirnya dia ga tau seragam sekolah gue yang tercinta, YPHB haha). Ya, karena pertanyaannya masih wajar gue ladenin lah, "YPHB".
Beberapa lama kemudian, yang lainnya nanya lagi sama gue, sebutlah dia si Ujang, "kelas berapa?" dengan muka agak jutek jual mahal gue bilang aja yang sejujurnya, "kelas 3" dan dengan muka ekspresi shock bercampur lebay mereka-pun saling bertatapan sambil berkata, "masa sih? kok keliatannya kaya masih kelas 2 SMA? Pasti anak YPHB mah pinter-pinter ya. Eh kenal Ayu ga?". *jeng jeng jeng jeng* Gue terdiam terpaku, di otak gue tersimpan pertanyaan, (Ayu kan ada 2 di angkatan gue, Ayu Meta sama Ayu Soleha. Tapi dua-duanya ga mungkin banget temenan sama nih geng alay. Terus Ayu yang mana ya?). Seseorang-pun membuyarkan lamunan gue "eh kenal ga sama Ayu?", tanpa pikir panjang gue jawab, "Ayu yang mana ya? Ayu kan ada banyak.", "Ayu Wandari." *muka bego* "Hah? Kayanya ga ada deh yang namanya Ayu Wandari. Itu mah YKTB kali."
Percakapan gue dengan sekumpulan alay itu-pun berlanjut lebih ngaco dan lebih ngaco lagi, "Kenal Uoh ga? Kalo Nanang? Udin, Edi?. Si Uoh teh anaknya guru komputer ge." Otomatis gue kaget bukan main, sambil jawab sekenanya namun sombong , "Apaan sih? Sorry ya, di YPHB namanya bagus semua, ga ada yang namanya kampung kaya gitu." jawaban gue dijawab dengan koor "Ooooooooh, berarti nama lu Bagus ya? Namanya siapa atuh?" *modus kenalan paling mutakhir a la alay nih kayanya*, jawaban gue cuma satu, terdiam.